Model Etika dalam Bisnis,
Sumber Nilai Etika dan Faktor - faktor yang Mempengaruhi Etika Manajerial
Menurut Zimmerer,
pihak yang bertanggung jawab terhadap moral etika adalah manajer. Oleh karena
itu, ada tiga tipe manajer dilihat dari sudut etikanya, yaitu :
1. Immoral Manajemen
Manajer Immoral didorong oleh Sumber : Thomas
W. Zimmerer, Norman M. Scarborough, Entrepreneurship and The New Ventura
Formation 1996 hal. 21, alasan kepentingan dirinya sendiri demi keuntungan
sendiri atau perusahaannya. Kekuatan yang menggerakkan manajemen Imoral adalah
kerakusan/ ketamakan, yaitu berupa prestasi organisasi atau keberhasilan
personal. Manajemen immoral merupakan kutub yang berlawanan dengan manajemen
etika. Misalnya, pengusaha yang menggaji karyawannya dengan gaji dibawah upah
fisik minimum atau perusahaan yang meniru produk-produk perusahaan lain, atau
perusahaan percetakan yang memperbanyak cetakannya melebihi kesepakatan dengan
pemegang hak cipta dan sebagainya.
Immoral manajemen juga merupakan tingkatan terendah dari model
manajemen dalam menerapkan prinsip-prinsip etika bisnis. Manajer yang memiliki
manajemen tipe ini pada umumnya sama sekali tidak mengindahkan apa yang
dimaksud dengan moralitas, baik dalam internal organisasinya maupun bagaimana
dia menjalankan aktivitas bisnisnya. Para pelaku bisnis yang tergolong pada
tipe ini, biasanya memanfaatkan kelemahan-kelemahan dan kelengahan-kelengahan
dalam komunitas untuk kepentingan dan keuntungan diri sendiri, baik secara
individu atau kelompok mereka. Kelompok manajemen ini selalu menghindari diri
dari yang disebut etika. Bahkan hukum dianggap sebagai batu sandungan dalam
menjalankan bisnisnya.
2. Amoral Manajemen
Tujuan utama dari manajemen amoral adalah
juga profit, akan tetapi tindakannya berbeda dengan manajemen immoral. Ada satu
cara kunci yang membedakannya, yaitu mereka tidak dengan sengaja melanggar
hukum atau norma etika. Bahkan pada manajemen amoral adalah bebas kendali dalam
mengambil keputusan, artinya mereka tidak mempertimbangkan etika dalam
mengambil keputusan. Salah satu contoh dari manajemen amoral adalah penggunaan
test lie detector bagi calon karyawan.
Tingkatan kedua dalam aplikasi etika dan moralitas dalam
manajemen adalah amoral manajemen. Berbeda dengan immoral manajemen, manajer
dengan tipe manajemen seperti ini sebenarnya bukan tidak tahu sama sekali etika
atau moralitas. ). Tipe ini adalah para manajer yang dianggap kurang peka,
bahwa dalam segala keputusan bisnis yang diperbuat sebenarnya langsung atau
tidak langsung akan memberikan efek pada pihak lain. Oleh karena itu, mereka
akan menjalankan bisnisnya tanpa memikirkan apakah aktivitas bisnisnya sudah
memiliki dimensi etika atau belum. Manajer tipe ini mungkin saja punya niat
baik, namun mereka tidak bisa melihat bahwa keputusan dan aktivitas bisnis mereka
apakah merugikan pihak lain atau tidak.
3. Moral Manajemen
Manajemen moral juga bertujuan untuk
meraih keberhasilan, tetapi dengan menggunakan aspek legal dan prinsip-prinsip
etika. Filosofi manajer moral selalu melihat hukum sebagai standar minimum
untuk beretika dalam perilaku. Dalam
moral manajemen, nilai-nilai etika dan moralitas diletakkan pada level standar
tertinggi dari segala bentuk prilaku dan aktivitas bisnisnya. Manajer yang
termasuk dalam tipe ini hanya menerima dan mematuhi aturan-aturan yang berlaku
namun juga terbiasa meletakkan prinsip-prinsip etika dalam kepemimpinannya.
Seorang manajer yang termasuk dalam tipe ini menginginkan keuntungan dalam
bisnisnya, tapi hanya jika bisnis yang dijalankannya secara legal dan juga
tidak melanggar etika yang ada dalam komunitas, seperti keadilan, kejujuran,
dan semangat untuk mematuhi hukum yang berlaku.
Sumber nilai etika
a. Agama
Etika bisnis
menurut ajaran islam digali langsung dari al-quran dan hadits nabi. Dalam
ajaran islam, etika bisnis dalam islam menekankan pada empat hal, yaitu
kesatuan (unity), keseimbangan (equilibrium), kebebasan (free will), dan
tanggungjawab (responsibility) (Mubyarto:2002).
Pada dasarnya ada persamaan dalam tiap-tiap agama menyangkut
hubungannya dengan dasar dalam beretika.
Keadilan : kejujuran untuk mempergunakan kekuatan untuk menjaga
nilai-nilai kebenaran.
Saling menghormati : cinta dan perhatian terhadap orang lain.
Pelayanan : manusia hanya “pelayan”, “pengawas”sumber-sumber
alam.
Kejujuran : kejujuran dan sikap dapat dipercaya dalam semua
hubungan manusia, dan integritas yang kuat.
Etika sebagai
ajaran baik-buruk, benar-salah, atau ajaran tentang moral khususnya dalam
perilaku dan tindakan-tindakan ekonomi terutama bersumber dan ajaran-ajaran
agama. Itulah sebabnya banyak ajaran dan paham dalam ekonomi barat menunjuk
pada kitab injil (bible), ekonomi yahudi pada kitab taurat, dan ekonomi islam
termuat dalam al-quran lebih dari seperlima ayat-ayat yang ada didalamnya.
b. Filosofi
Pandangan
hidup seseorang atau sekelompok orang. Arti Filosofi yaitu studi mengenai kebijaksanaan, dasar dasar
pengetahuan, dan proses yang digunakan untuk mengembangkan dan merancang
pandangan mengenai suatu kehidupan. Filosofi memberi pandangan dan menyatakan
secara tidak langsung mengenai sistem kenyakinan dan kepercayaan. Setiap filosofi individu akan
dikembangkan dan akan mempengaruhi prilaku dan sikap individu tersebut.
Seseorang akan mengembangkan filosofinya melalui belajar dari hubungan
interpersona, pengalaman pendidikan formal dan informal, keagamaan, budaya dan
lingkungannya.
Filosofi juga menjadi acuan-acuan yang berkembang dalam proses
pengambilan keputusan yang bersumber dari nilai-nilai etika. Ajaran-ajaran ini
berkembang dari hasil pemikiran manusia dan terus berkembang dari tahun ke
tahun
Perkembangan ajaran filosofi terhadap kemunculan etika bisnis
yaitu :
1. Socrates (470-399 SM)
Socrates mempercayai bahwa manusia ada untuk satu tujuan, dan
bahwa salah dan benar memainkan peranan yang penting dalam mendefinisikan
hubungan seseorang dengan lingkungan dan sesamanya. Socrates percaya bahwa
kebaikan berasal dari pengetahuan terhadap diri dan pada dasarnya manusia itu
jujur. Munculnya sikap jahat merupakan sebuah bentuk salah pengarahan terhadap
diri seseorang. Dia juga memperkenalkan ide-ide hukum moral, bahwa hukum moral
lebih tinggi kedudukannya dibanding hukum manusia.
2. Plato (428-348 SM)
Republik (dalam bahasa Yunani Politeia atau “negeri”) merupakan
suatu bentuk uraian pandangan Plato terhadap keadaan “ideal” dari sebuah
negara. Dalam bukunya, Plato menjelaskan bahwa pemerintahan yang ideal
mengalami pergantian dalam lima tahun sekali, dimana sistem ini banyak
diterapkan oleh kehidupan bernegara saat sekarang ini. Plato berpendapat bahwa
keadaan ideal muncul sebagai hasil nilai-nilai kebajikan dan konsep kebenaran.
3. Aristoteles
Etika menurut Aristoteles adalah perilaku jiwa yang baik yang
menuntun kepada kebahagiaan dan kebenaran. Keterbatasan pengetahuan tentang
jiwa manusia tidak menjadi sebuah hambatan untuk mendalami konsep etika. Filsuf
Yunani kuno seperti Aristoteles berpendapat bahwa jiwa manusia menginginkan
sebuah kebahagiaan dan jiwa bahagia lahir dari perbuatan yang bersumber dari
kebajikan moral. Hal inilah yang menjadi dasar perkembangan pola pemikiran
barat dan keagamaan lain pada umumnya.
c. Budaya
Ciri khas utama yang
paling menonjol yaitu kekuluargaan dan hubungan kekerabatan yang erat. Definisi budaya adalah suatu cara hidup yang
berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan
dari generasi ke generasi. Budaya
terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik,
adatistiadat, bahasa,
perkakas, pakaian, bangunan,
dan karya seni. Bahasa,
sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia
sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika
seseorang berusaha berkomunikasi dengan
orang-orang yang berbeda budaya, dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya,
membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Budaya adalah suatu pola hidup
menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya
turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar,
dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
d. Hukum
Biasanya hukum dibuat
setelah pelanggaran – pelanggaran terjadi dalam komunitas. Arti hukum adalah sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas
rangkaian kekuasaan kelembagaan. Dari bentuk penyalahgunaan kekuasaan dalam
bidang politik, ekonomi dan masyarakat dalam berbagai cara dan bertindak,
sebagai perantara utama dalam hubungan sosial antar masyarakat terhadap kriminalisasi
dalam hukum pidana, hukum pidana yang berupayakan cara
negara dapat menuntut pelaku dalam konstitusi hukum menyediakan kerangka kerja
bagi penciptaan hukum, perlindungan hak asasi manusia dan memperluas kekuasaan
politik serta cara perwakilan mereka yang akan dipilih.
Administratif
hukum digunakan untuk meninjau kembali keputusan dari pemerintah, sementara
hukum internasional mengatur persoalan antara berdaulat negara dalam kegiatan
mulai dari perdagangan lingkungan peraturan atau tindakan militer. filsuf
Aristotle menyatakan bahwa "Sebuah supremasi hukum akan jauh lebih baik
dari pada dibandingkan dengan peraturan tirani yang merajalela."
Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi etika manajerial mencakup :
1. Leadership
Kepemimpinan
(Leadership) adalah kemampuan individu untuk mempengaruhi memotivasi, dan
membuat orang lain mampu memberikan kontribusinya demi efektivitas dan
keberhasilan organisasi … (House et. Al., 1999 : 184). Menurut Handoko (2000 :
294) definisi atau pengertian kepemimpinan telah didefiinisikan dengan berbagai
cara yang berbeda oleh berbagai orang yang berbeda pula. Menurut Stoner,
kepemimpinan manajerial dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengarahan dan
pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling
berhubungan tugasnya.
Ada
tiga implikasi penting dari definisi tersebut, antara lain: Pertama,
kepemimpinan menyangkut orang lain – bawahan atau pengikut. Kesediaan mereka
untuk menerima pengarahan dari pemimpinan, para anggota kelompok membantu
menentukan status/kedudukan pemimpin dan membuat proses kepemimpinan dapat
berjalan. Tanpa bawahan, semua kualitas kepemimpinan seorang manajer akan
menjadi tidak relevan. Kedua, kepemimpinan menyangkut suatu pembagian kekuasaan
yang tidak seimbang di antara para pemimpin dan anggota kelompok. Para pemimpin
mempunyai wewenang untuk mengarahkan berbagai kegiatan para anggota kelompok,
tetapi para anggota kelompok tidak dapat mengarahkan kegiatan-kegiatan pemimpin
secara langsung, meskipun dapat juga melalui sejumlah cara secara tidak
langsung. Ketiga, pemimpin mempergunakan pengaruh. Dengan kata lain, para
pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus dilakukan tetapi
juga dapat memepengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya.
Pendekatan studi kepemimpinan terdiri dari 4 (empat) yaitu :
1. Pendekatan Sifat
(trait approach)
Pendekatan Sifat (trait approach) bertujuan mengidentifikasi
karakteristik pribadi yang membuat seseorang menjadi pemimpin yang
berhasil/efektif. Sejauh ini penelitian tidak dapat menunjukkan
karakteristik/sifat tertentu yang membedakan seorang pemimpin yang efektif dan
yang tidak. Namun demikian, sifat yang dapat menjadi modal bagi keberhasilan
kepemimpinan antara lain: motivasi tinggi, kejujuran dan integritas,
intelektualitas, kepercayaan diri dan fleksibilitas.
2. Pendekatan Perilaku (behavioral
approach)
Pendekatan Perilaku (behavioral approach)bertujuan
mengindentifikasi perilaku manajer terhadap bawahannya. Secara umum, ada dua
macam gaya kepemimpinan:
· Task oriented
Manajer mengambil langkah untuk memastikan pekerjaan
diselesaikan dengan baik, adalah menentukan tugas, menetapkan standar kerja,
memonitor hasil kerja, dan lain-lain
· People oriented
Manajer mengembangkan hubungan yang baik dengan karyawan,
menghargai perasaan mereka dan menunjukkan rasa percaya pada karyawannya.
3. Pendekatan
Kontingensi (contingency approach)
Pendekatan kontingensi menggambarkan bahwa gaya kepemimpinan
yang digunakan tergantung pada faktor-faktor seperti situasi, karyawan, tugas,
dan variabel-variabel organisasi yang lain.
4. Pendekatan
Transaksional vs Transformasional
Kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan yang mengarahkan
para bawahan untuk bekerja keras melalui penggunaan tugas, reward, dan
struktur. Sedangkan kepemimpinan transformasional adalah kepemimpinan
inspirasional yang mendorong bawahan untuk mencapai kinerja yang extraordinary,
yakni dengan melakukan berbagai inovasi dan perubahan. Karakteristik pemimpin
transformasional:
a) Visioner
b) Kharismatik
c) Intelektual
d) Integritas
e) Memberdayakan
2. Strategi dan Performasi
Pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan,
perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu.Fungsi yang penting dari sebuah manajemen adalah
untuk kreatif dalam menghadapi tingginya tingkat persaingan yang membuat
perusahaannya mencapai tujuan perusahaan terutama dari sisi keuangan tanpa
harus menodai aktivitas bisnisnya berbagai kompromi etika. Sebuah perusahaan
yang jelek akan memiliki kesulitan besar untuk menyelaraskan target yang ingin
dicapai perusahaannya dengan standar-standar etika. Karena keseluruhan strategi
perusahaan yang disebut excellence harus bisa melaksanakan seluruh
kebijakan-kebijakan perusahaan guna mencapai tujuan perusahaan dengan cara yang
jujur.
Pada umumnya, strategi yang berhasil mengkombinasikan empat
karakteristik utama :
1.
Sasaran sederhana
jangka panjang. Landasan setiap strategi organisasi harus merupakan kejelasan
dari sasaran. Apabila tidak ada konsensus dan konsistensi terhadap sasaran,
strategi tidak akan dapat memberikan stabilitas dan kesatuan arah.
2.
Melalui analisis
lingkungan pesaingan. Kemampuan mengidentifikasi kebutuhan yang umum dari
konsumen anggota masyarakat. Pemahaman tentang penilaian pasar saham, pandangan
terhadap kemungkinan potensi akuisisi, dan keahlian dalam mengiden-tifikasi dan
memotivasi para manajer (Mark & Spencer).
3.
Penilaian sumber daya
yang obyektif. Keberhasilan Mark & Spencer dalam jangka panjang dapat merefleksikan
kesadarannya akan sumber daya dan kemampuan utamanya. Termasuk reputasi yang
berhubungan dengan nama perusahaan dan merk, kemampuan untuk memotivasi
karyawan, keefektifannya dalam menangani kemitraan dengan para pemasok, serta
kemampuannya menangani dan menngendalikan mutu.
4.
Penerapan yang
efektif. Strategi yang paling cemerlang tidak akan berguna jika tidak
diterapkan secara efektif. Penerapan yang efektif memerlukan pembentukan
kepemimpinan, struktur organisasi, dan sistem manajemen yang memegang teguh
komitmen dan koordinasi seluruh pegawai, dan mobilisasi sumber daya untuk
melengkapi strategi tersebut.
3. Karakteristik individu
Merupakan suatu proses psikologi yang mempengaruhi individu
dalam memperoleh, mengkonsumsi serta menerima barang dan jasa serta pengalaman.
Karakteristik individu merupakan faktor internal (interpersonal) yang
menggerakan dan mempengaruhi perilaku individu”.
4. Budaya
Organisasi
Menurut Mangkunegara,
(2005:113), budaya organisasi adalah seperangkat asumsi atau sistem keyakinan,
nilai-nilai dan norma yang dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan pedoman
tingkah laku bagi anggota-anggotanya untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal
dan integrasi internal.
Budaya organisasi juga berkaitan dengan bagaimana karyawanmemahami
karakteristik budaya suatu organisasi, dan tidak terkait dengan apakah karyawan
menyukai karakteristik itu atau tidak. Budaya organisasi adalah suatu sikap
deskriptif, bukan seperti kepuasan
kerjayang lebih bersifat evaluatif.
SUMBER :
-
http://kartikasari391.blogspot.co.id/2016/01/model-etika-dalam-bisnis-sumber-nilai.html
No comments:
Post a Comment