Thursday, 8 October 2015

Cerpen

CEPET SEMBUH SAHABATKU

Aku berlari menyusuri lorong rumah sakit dengan cukup cepat. Jantungku terasa lebih cepat lagi degupannya. Keringat dingin sudah membasahi wajahku yang menggambarkan kecemasan. Aku semakin mempercepat lariku dan terus melihat ruangan yang berada di kanan-kiriku. Berharap agar aku bertemu dengan seseorang yang ku kenal. Piala yang sedari tadi kupegang menjadi tak berarti lagi jika aku sudah memasuki rumah sakit ini. Tiba-tiba saja aku menghentikan langkahku karena melihat orang-orang yang sangat ku kenal di luar kepalaku. Aku berjalan pelan mendekati mereka.
"Om Arif , Yasmine  tidak apa-apa kan?" aku tersenyum sebisaku. Seorang wanita yang terlihat masih cukup muda dan cantik berdiri dan memelukku.
"Aku tidak tau, Aqila! Aku juga berharap seperti itu!" Tante Fara semakin memelukku dengan erat. Ingin rasanya air mata yang ku tahan sedari tadi keluar, tapi aku tidak ingin semua orang semakin cemas karena tangisanku. Aku menarik napas dalam dan berharap agar semua baik-baik saja.
            Yasmine itu adalah sahabatku dari kecil, kita sahabatan dari tk dan kedua orang tua kita juga sahabatan dari dulu. Aku tinggal di rumah Yasmine bersama keluarganya karena rumahku jauh dari sekolah. Jadi selama aku sekolah aku tinggal di rumah Yasmine, kallau lagi liburan sekolah baru aku pulang kerumah orangtuaku. Aku sangat dekat dengan Yasmine, aku sudah menganggap Yasmine adek aku sendiri dan orangtuanya sebagai orang tuaku sendiri begitu juga sebaliknya. Setiap hari kita habiskan waktu bersama-sama dengannya. Aku emang tau kalo Yasmine punya penyakit tapi aku tidak tahu kalau Yasmine punya penyakit apa? Karena om dan tante tidak permah mau kasih tau aku begitu juga dengan Yasmine.
            Aku sebenernya bingung, sebenarnya Yasmine sakit apa. Dan setiap aku nanya sama Yasmine ataupun om dan tante mereka berdua hanya bilang kalau Yasmine hanya sakit lambung biasa. Tapi aku tidak pernah percaya, karena mana mungkin sakit lambung sampai mimisan, dan badan kadang-kadang sangat lemas sekali. Yasmine tidak suka membaca novel, karena menurutnya itu hanya khayalan, tidak bisa benar-benar terjadi.
_Beberapa hari sebelum Yasmine masuk rumah sakit_
"Yasmine, kamu kenapa mimisan?" aku sangat bingung saat melihat cairan merah kental itu keluar dari hidung Yasmine. Tersadar akan hal itu, Yasmine memegang hidungnya dan terlihat dari raut wajahnya bahwa ia juga kaget karena ia bisa seperti itu.
"Kamu baca novel ya makanya sampai begitu?" aku asal menebak sambil mengambil tisu dari dalam tasku.
"Aku ga pernah baca novel kok!" kata Yasmine jujur sambil menerima tisu dari ku dan menyumpalkan tisu itu di hidungnya.
"Hmmpphh..." aku berusaha menahan tawaku karena melihat Yasmine seperti itu.
"Jangan ketawa!" Yasmine terlihat kesal karena aku hampir saja tertawa. Aku menutup mulutku dan menggeleng pelan. Tiba-tiba saja Yasmine terlihat sedikit pucat dan seperti ingin pingsan..
"Yasmine!" aku menjerit sambil berusaha memeganginya agar ia tak terjatuh.
"Aqila, kita langsung pulang ya!" suara Yasmine terdengar cukup pelan. Aku hanya mengangguk sebagai jawaban. Wajah Yasmine kini terlihat sangat pucat. Ada apa ini? Kenapa sepertinya akhir-akhir ini Yasmine selalu mimisan dan pasti setelah itu pasti lemas seakan-akan ingin pingsan?
Aku menggelengkan kepalaku dan berusaha membuang pikiran itu. Yasmine hanya kelelahan. Ya, tak ada yang lain. Pada saat itu aku bingung aku harus apa dan aku ga tau dia sakit apa. Setelah istirahat sebentar, ia pasti sembuh, kataku dalam hati.
Saat malam tiba, suhu tubuh Yasmine meningkat dan wajahnya semakin memucat bagaikan mayat yang masih hidup. Tentu saja karena itu Yasmine menjadi tidak bisa mengikuti pelajaran di sekolah. Padahal saat ini Yasmine harus mengikuti lomba bersama denganku. Aku sama Yasmine sangat memusikalisasikan puisi. Aku sangat suka membaca puisi dan Yasmine sangat suka memusikalisasikannya. Karena Yasmine pintar sekali main gitar.
"Jadi Yasmine tidak bisa ikut?" Wooyoung menatapku setelah membaca surat izin yang dibuat oleh Tante Fara. Aku hanya mengangguk dengan yakin.
Wooyoung adalah teman sekolah aku dan Yasmine kita bertiga adalah sahabat. Setiap hari di sekolah kita selalu  bersama walaupun kelas kita berbeda. Wooyoung selalu ada di saat kita sedang kesusahan. Walaupun kita berbeda kelas tapi kita selalu bersama untuk mengerjakan pr.
"Kalau begitu, apa bisa kamu mengikuti lomba ini sendiri?" lagi-lagi ia menatapku seperti itu.
"Ya, bukan masalah kok! Aku sudah banyak berlatih di rumah!" aku tersenyum untuk menghilangkan rasa cemas yang secara ga langsung di berikan oleh Wooyoung. Setelah cukup lama terdiam, akhirnya Wooyoung mengangguk dan berdiri.
"Kalau begitu, aku akan mengantarmu! Ayo, Aqila!" Wooyoung melangkah keluar diikuti olehku di belakangnya.
Wooyoung mengantarku dengan mobil jeepnya yang terlihat cukup tua dengan kecepatan diatas rata-rata. Jujur saja aku sangat panik karena hal itu. Setelah beberapa menit, akhirnya aku sampai di tempat perlombaan. Butuh waktu sekitar satu jam jika naik angkutan umum, tapi aku dan Wooyoung hanya membutuhkan waktu belasan menit.
Para peserta lomba terlihat sedang melatih kemampuan membaca puisi. Ya, ini adalah lomba musikalisasi puisi. Seharusnya aku dan Yasmine yang mewakili sekolah kami, tapi kini aku hanya sendiri karena Yasmine sedang sakit. Pokoknya, aku harus menang. Jika aku menang, piala itu akan kupamerkan ke Yasmine. Agar ia tau kalau kemampuan musikalisasi puisiku lebih hebat dari pada dia. Karena aku ingin membuat Yasmine bangga dan membuat dia cepat sembuh.
Detik demi detik terus berlalu. Kini langit sudah terlihat cukup gelap dan sudah saatnya mendengarkan hasil dari usahaku. Jujur saja aku cukup minder dengan penghayatan dari puisi yang mereka buat sangat bagus dari sekolah-sekolah lain. Aku dan wooyoung berharap-harap cemas. Aku memang bisa membaca puisi dengan baik, tapi tidak untuk musikalisasinya. Sedangkan Yasmine membaca puisi cukup buruk, tapi musikalisasi puisinya sangat bagus. Karena dia dapat memainkam alat musik, Itulah sebabnya aku dan dia seharusnya tidak dipisahkan seperti ini.
"Juara ke tiga dari sekolah Paris National High School!" aku mulai deg-degan karena itu adalah sekolah elite seParis. Sedangkan sekolah ku Paris High School hanyalah biasa.
"Juara ke dua dari sekolah Paris High School!" aku terkejut. Aku dan Wooyoung saling menatap. Apa aku tidak salah dengar? Aku berhasil! Aku dan wooyoung loncat kegirangan. Akan ku tunjukkan pialanya ke Yasmine. Aku berlari ke atas panggung untuk mengambil hadiah dari usahaku dengan perasaan yang tak menentu. Walaupun aku bukan yang pertama, tapi setidaknya aku bisa menjadi juara dan membuat bangga sekolahku dan Yasmine.
Aku terdiam. Aku tak bisa mengatakan apapun lagi. Aku terduduk lemas saat turun dari panggung. Piala yang kubawa dengan perasaan bahagia tadi, kini sudah menjadi tak berarti lagi. Sebuah pesan dari Tante Fara yang sangat singkat cukup membuatku terkejut. Tepat saat aku baru saja ingin kembali ke rumah dengan perasaan riang gembira menunjukkan piala ini.
                                                                 
From: Tante Fara
Yasmine keadaannya memburuk dan harus di bawa ke rumah sakit. Kalau kamu sudah pulang, lebih baik ke rumah sakit dulu karena di rumah tak ada siapapun. Tempat mu berlomba dekat dengan Paris Hospital Center kan?
Aku masih tidak bisa menemukan kata-kata yang tepat untuk membalas pesan dari Tante Fara. Aku masih menggenggam hp ku dengan lemas. Setelah menarik napas, aku membalas pesan itu. Dan Wooyoung pun bertanya, “ ada apa Aqila?” jawabku Yasmine masuk rumah sakit. Lalu aku balas pesan dari tante fara.
From: Aqila            
Iya, aku akan kesana sekarang.
.
Wooyoung tidak bisa ikut menjenguk Yasmine karena dia ada urusan. Jadi aku sendiri pergi ke rumah sakitnya. Sesampainya aku di rumah sakit.
Seorang dokter keluar dari ruang UGD tempat Yasmine berada. Semua yang ada di sana langsung berdiri dan mempersiapkan diri untuk mendengarkan penjelasaanya.
"Yasmine sudah bisa di pindahkan ke kamar biasa. Ia harus di rawat sampai keadaannya membaik!" kata dokter yang di name tagnya tertulis . semua mengangguk dengan yakin. Tak lama, Yasmine keluar dari UGD dengan ranjang dorong dengan selang infus dan transfusi darah di tangannya. Ia hanya tersenyum kecil saat melihatku. Aku membalas senyumannya dan menunjukkan piala itu sambil terus mengikutinya dari belakang.
Aku menemani Yasmine yang terbaring di ranjang dengan lemah. Tubuhnya masih tetap memucat. Ia di tempatkan di kamar VIP agar bisa beristirahat dengan tenang dan berharap agar ia cepat sembuh. Tante Fara dan Om Arif sedang mendengarkan penjelasan dari dokter tentang penyakit yang di derita Yasmine.
Jduk!
"Sakit ..." Yasmine memegang kepalanya yang terkena keplakan ku.
"Kenapa..." lanjut Yasmine masih memegang kepalanya.
"Lihat, aku juara 2 kan? Aku jauh lebih hebat darimu!" aku menunjukkan piala yang dari tadi kubawa. Yasmine melihat piala itu dengan mata yang berbinar.
"Kalau aku ikut, apa aku bisa menang?" Yasmine masih terus melihat piala itu. Maksud ku aku hanya ingin semangat untuk sembuh, kata ku dalam hati.
"Ga mungkin! Hahaha..." tawaku lepas. Tapi, tidak bisa selepas seperti biasanya. Aku mencoba menghibur Yasmine dengan cara ini.
"Haha... benar, aku ga mungkin bisa ngalahin kamu!" Yasmine tersenyum miris. Bukan! Bukan ini yang kumaksud. Aku hanya bercanda, Yasmine.
"E-eh, bercanda kok! Udah, ga perlu di pikirin!" aku mengambil kursi dan duduk di samping ranjang Yasmine.
"Tapi benar kok, aku selalu di bawah kamu kan? Baik di dunia maya maupun nyata. Tidak kamu berbakat, kamu pasti bisa juara juga kok. Di FFn, kamu lebih hebat dari padaku. Di manapun juga kau selalu lebih baik!" Yasmine terlihat sedikit murung. Tunggu, kearah mana pembicaraan ini? Apa maksudnya? Aku masih terdiam dan menunggu Yasmine menyelesaikan kata-katanya.
FFn itu website untuk membuat fanfic atau blok.
"Aqila, kau bawa netbook?" Yasmine melihatku dengan ekspresi yang tak bisa ku tebak. Aku mengangguk dengan yakin dan mengeluarkan netbook berwarna biru muda dengan tulisan Acer Aspire One di depannya dan memberikan netbook itu ke Yasmine.
"Ga ada Wi-Fi, Yas!" aku celingukan sambil mencari tulisan Free Hotspot Area.
"Siapa juga yang mau internetan?" Yasmine menyalakan netbookku. Aku hanya bisa diam dan melihatnya saja.
"Aqila, bisa keluar sebentar ga?" Yasmine mengalihkan pandangannya kearahku. Aku sedikit kaget mendengarnya.
"Heh?" aku memiringkan kepalaku bingung.
"Kumohon..." Yasmine mengeluarkan matanya yang melas itu. Aku menarik napas pelan dan berjalan pelan keluar.
"Jangan macem-macem ya!" kataku dengan takut. Jujur saja aku takut Yasmine kenapa-napa saat aku meninggalkannya. Aku hanya keluar sampai beranda kamar Yasmine. Terlihat sebuah taman yang cukup indah dan terdapat sebuah tempat makan fast food dengan tulisan KFC. Ya, cukup dekat jika dari kamar Yasmine. Hanya turun satu lantai maka kita sampai di depannya.
Kruyuuuukkk...
Aku baru ingat jika dari tadi aku belum makan. Aku melihat tempat makan itu sekali lagi. Hanya beberapa menit dari sini untuk sampai ke sana. Aku melihat ke dalam kamar Yasmine. Ia masih saja sibuk dengan netbookku. Aku berlari agar sampai di tempat makan itu dengan cepat dan dengan harapan agar Yasmine masih tetap seperti itu sampai aku kembali nanti.

Sudah sebulan berlalu sejak hari itu. Yasmine sudah keluar dari rumah sakit, perasaan aku sangat senang sekali Yasmine bisa keluar dari rumah sakit, tapi baru beberapa hari kondisinya kembali memburuk sehingga ia harus kembali lagi ke rumah sakit. Aku yakin ia sangat tersiksa jika harus terus menerus seperti ini bolak-balik rumah sakit. Oh iya, sampai detik ini juga aku belum mengetahui apa penyakit yang di derita oleh Yasmine. Satu yang aku tau, ia selalu mimisan tiba-tiba dan pasti tubuhnya akan lemas seolah ia ingin pingsan. Dan saat ia keluar dari rumah sakit, ia mengatakan kepadaku bahwa ia telah memutuskan untuk keluar dari FFn dan akan kembali lagi setelah ia sembuh nanti.
Hari ini sudah memasuki hari libur sekolah. Sudah saatnya aku kembali ke rumah asliku dan bertemu dengan kedua orang tuaku. Dan meluapkan kekangenanku selama ini berpisah dengan mereka. Karena hari ini aku sedang senggang, aku memainkan game yang ada di netbookku. Saat sedang membuka dokumen milikku, aku melihat ada sesuatu yang berbeda. Aku mencoba membuka folder itu. Folder dengan nama My Fic. Di sana terdapat semua fic-ficku, baik yang sudah ku publish maupun belum. Pandanganku terpaku pada satu judul fic yang sangat asing untukku. Aku membuka file itu dan membaca apa yang tertulis di sana. Aku menutup mulutku saat membacanya. Bagaimana bisa aku tak melihat file yang sudah cukup lama tersimpan di netbookku itu?
Saat Yasmine memutuskan untuk keluar dari FFn, ada beberapa orang yang menanyakan alasan dari keluarnya Yasmine. Apa mungkin karena mereka ingin membaca fic buatan Yasmine lagi? Tapi, selama ini Yasmine membuat fic atas bantuanku dan fic pertama dia benar-benar yang pertama tanpa bantuanku ada di netbook ini. Aku akan mempublish fic ini. Dan semua review untuk fic ini akan ku print dan ku tunjukkan pada Yasmine. Mungkin saja ia bisa sembuh jika melihat review-review untuk ficnya itu kata ku

Hai, Yasmine! Kau tau, jika kau tak kunjung sembuh maka tak akan ada lagi orang yang menjahiliku? Aku tau kalau penyakitmu itu mungkin belum ada obatnya karena jika sudah ada obatnya kau pasti tak perlu bolak-balik ke rumah sakit, tapi kau pasti bisa bertahan kan?
Yasmine, aku tau bahwa kemungkinan untukmu sembuh itu sangat kecil, tapi aku yakin kau bisa menghilangkan dugaan itu kan? Kau pasti bisa membuat kemungkinan yang kecil itu menjadi besar kan?
Yasmine, aku yakin Tante Fara dan Om Arif belum memberitahukanmu tentang penyakitmu itu karena mereka juga tidak memberitahukan hal itu padaku, tapi aku sudah bisa menganalisa apa penyakit yang kau derita hanya dengan melihat gejala yang ada dan dengan cara mencari di internet.
Yasmine, aku tau bahwa kau mungkin tak sanggup lagi, tapi aku mohon bertahanlah untukku, Tante Fara (ibumu), Om Arif (ayahmu), juga semuanya. Asal kau tau, masih banyak orang yang menyayangimu.
Yasmine, aku sangat rindu saat-saat dimana kita berebutan komik, mereview sebuah fic, bahkan hal-hal kecil lainnya yang bisa menjadi masalah besar. Hari-hariku terasa sepi jika tak ada kau yang selalu menggangguku. Aku sangat merindukanmu Yasmine. Aku mau kita kaya dulu.
Yasmine, aku sangat ingin berteriak bersamamu saat menonton pertandingan sepak bola. Tanpamu, pertandingan itu akan terasa sunyi karena tak ada yang menemaniku berteriak-teriak lagi saat malam.
Yasmine, siapa yang nantinya akan menemaniku saat Tante Fara dan Om Arif pergi? Aku sendirian di rumah. Siapa yang akan menolongku saat aku sedang dalam masalah? Siapa yang akan mendengarkan semua curhatanku jika kau tak kunjung sembuh?
Yasmine, nanti siapa akan merangkulku, dan merawatku jika aku sakit nanti. Nanti siapa yang akan bercanda malam-malam dengan ku, mendengarkan music korea, mendengarkan aku baca puisi, partner ku dalam lomba.
Aku mohon Yasmine, sekali ini saja aku meminta kepadamu. Aku mohon agar kau menang melawan penyakitmu itu. Jangan kalah dari penyakit itu, Yasmine. Aku yakin kau bisa melakukannya. Aku yakin sekali kamu pasti bisa. Aku akan selalu mendukungmu dan mendo'akanmu agar kamu cepat sembuh. Kau adalah impian dari keluarga Arif. Kau satu-satunya harapan mereka. Jika tak ada kau, maka kehidupan Tante Fara dan Om Arif tak akan ada gunanya lagi. Mereka sangat menyayangi kamu bahkan lebih dari diri mereka sendiri.
Kamu adalah penyemangat mereka Yasmine. Kau adalah jiwa mereka. Kau adalah segalanya untuk mereka dan perhiasan yang berharga yang lebih mahal dari perhiasan-perhiasan yang mereka punya. Aku juga, kau adalah penyemangatku, kau adalah sahabat ku Yasmine.
Banyak sekali orang yang sayang sama kamu, yang cinta sama kamu, yang mengagumi kamu, dan peduli sama kamu. Walaupun sampai detik ini sampai kondisi kamu seperti ini pun aku belum tau kamu terkena penyakit apa. Ayolah Yasmine berjuang untuk aku, ibu dan ayahmu, dan juga wooyoung.
Aku menemukan file yang ada di netbook ku. Pesan yang di tulis oleh Yasmine untuk ku.
Yang isinya :
Salam Hangat Sahabatku,
Aqila Safira
"Aqila, jika aku sembuh buatkan aku akun FFn ya! Aku tak mau terus-terusan menumpang di akunmu, tapi jika aku tak kunjung sembuh, aku ingin kau menyelesaikan semua ficku yang sudah ku publish dengan bantuan darimu ya!"
Aku sangat sedih saat membaca ini. Aku mengeluarkan air mata L
Kata-kata itu terus menggema di kepalaku. Apa maksud dari perkataanmu, Yasmine? Kata ku dalam hati. Aku binguing. Apa kau akan menyerah, Yasmine ? Tolong Yasmine jangan menyerah, mana Yasmine yang aku kenal dulu. Mana Yasmine yang selalu gembira setiap harinya, selalu tertawa, tidak pantang menyerah, mana? Mana Yasmine penyemangatku Semoga semua pikiran burukku tidak menjadi kenyataan.

_The End_

No comments:

Post a Comment